Sunyi, Ku Menyusuri Delta Sungai Mekong


Kalau ditanya apa yang paling berkesan saat berkunjung ke Vietnam? Ya, sungai Mekong ini adalah jawabannya.  Beberapa waktu lalu saat mengunjungi Ho Chi Minh City, gue juga berkesempatan mengunjungi sungai terpanjang ke-12 di dunia ini.

Sungai Mekong ternyata enggak seperti yang gue bayangkan. Malah sungai yang berada di dekat kota Ho Chi Minh City ini bisa memberikan ketenangan. Saat menyusurinya dengan perahu boat, suasana sungai Mekong yang tenang dan sunyi membawa gue jauh dari hingar-bingar kehidupan di Jakarta.

Permukaan sungai Mekong ini cukup tenang dengan rerimbunan semak dan pepohonan. Sesekali ada sedikit riak air saat perahu boat dari turis-turis lainnya berpapasan membelah air sungai. Di kiri dan kanan sungai Mekong ternyata ada khidupan sekelompok masyarakat sederhana yang gue gak pernah tau. Kelompok masyarakat ini bahkan enggak terpengaruh dengan dunia luar meski turis datang silih berganti.

Asal nama sungai Mekong dari bahasa etnik Tai yaitu Mae Nam Khong, dimana Mae Khong berarti Sungai Khong. Sedangkan Kong sendiri berarti buaya besar yang dipercaya dulu menjadi penghuni sungai Mekong ini dan kini terusir karena semakin banyaknya penduduk serta pengunjung di sekitar aliran sungai ini.

Aliran sungai Mekong sendiri berasal dari Tibet Utara dan mengalir melalui Yunnan (provinsi di Cina), Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Thailand. Orang Myanmar sering menyebutnya Mae Kahung sedangkan orang Thailand menyebutnya sebagai Mae Nam Khong.


Dari pusat kota Ho Chi Minh City (aka Saigon), gue menempuh 1,5 jam perjalanan menuju sungai Mekong. Di dermaga ini dibangun seperti pelabuhan kecil tempat bertengger kapal-kapal kecil yang bakal membawa turis berkeliling pulau. Di setiap bagian sisi pulau ada beragam tempat bagi turis untuk mampir yang dimanfaatkan penduduk sekitar untuk menyambung hidup mereka.

Sebenarnya diam-diam gue kagum dengan pariwisata lokal yang mereka kelola dengan memanfaatkan penduduk lokal semacam ini. Luar biasa, mengingat mereka adalah negara komunis tapi pariwisata dapat terkelola dengan sangat-sangat baik. Wisata sederhana namun cukup memberikan kesan mendalam.


Kunjungan pertama gue menuju ke pulau tempat lebah dikembangbiakkan. Setiap turis yang datang bakal dijamu dengan minuman dari madu secara gratis. Madu tersebut disajikan dalam cangkir-cangkir transparan mungil dan dicampurkan jeruk nipis dan teh. Hmm... rasanya yang manis sedikit asam sedap dan menghangatkan perut.

Gue sempet beli madunya seharga 100.000 dong (sekitar Rp 42ribu). Selain itu dikasih juga penganan kecil seperti keripik pisang, keripik nangka, gingger yang dikeringkan seperti asinan... (ajaib rasanya uenak!), dll. Sekarang gue nyesel kenapa enggak beli scrab dari madunya >.<

 

Di pulau tujuan berikutnya yang dicapai memakai kapal motor gue diajak mengunjungi pabrik permen home industry. Permen ini terbuat dari kelapa, ada mesin-mesin untuk proses pembuatannya. Selain itu permen ini juga ada beberapa rasa seperti cokelat, durian, dll. Gue cuma beli yang rasa cokelat untuk oleh-oleh sisanya beli baju kaos sulaman khas Vietnam berhubung baru di tempat ini gue ngeliat baju kaos yang kualitasnya lumayan bagus.Meski sayang harganya sedikit lebih mahal 120.000 dong. Ehm... sebenernya sih diitung-itung kalo di kurs rupiahin gak terlalu mahal hehe...

Setelah itu.... kita pergi menyusuri kebun dan melihat beberapa penjual-penjual banth trang dan kelengkeng. Setelah melewati kebun-kebun nah gue diajak naek kereta kuda gitu menuju suatu tempat peristirahatan lagi. Disini para turis disuguhi buah-buahan segar seperti pepaya yang segar dan maniezz, buah naga, nenas yang dikasih cocolan garem dan cabai (sama kayak di Indo ^^).

Sambil menikmati buah-buahan, para turis juga disuguhi kesenian tradisional Vietnam. Dihibur sama orkes Vietnam dan nyanyian-nyanyian traidisional sana. Gue gak ngerti sama sekali lagunya haha... cuma sepertinya sih lagu sedih para opa oma gitu ^^


Dari sini gue melanjutkan perjalanan back to Sungai Mekong, tapi pakai sampan kecil gitu yang didayung kebanyakan oleh para wanita bertopi caping. Pemandangan yang sering gue liat di TV atau promosi-promosi Vietnam... akhirnya gue nyobain juga ^^ Sayangggg.... gue gak sempet beli topi caping yang banyak dijual di dermaga entu. Yah, cuma bisa iri.com ngeliat turis lain yang bercaping sambil menyusuri sungai mekong dengan perahu.

Dari perahu kecil ini gue dikembalikan ke kapal motor yang sudah menunggu. Perjalanan menyusuri sungai Mekong berakhir dan sekitar 20 menit perjalanan menggunakan perahu motor gue dikembalikan di dermaga. Perjalanan selama 20 menit yang berkesan, dengan pemandangan rerimbunan tanaman bakau, kelapa, dan eceng gondok yang menyembul di permukaan air sungai yang keruh kecoklatan (tapi enggak kotor).


Perasaan sunyi menyergap gue.... suasana hening dan damai menyelinap. Kesunyian yang bikin kangen, gak tau kenapa mungkin di Jakarta terlalu bising. Ah damainya dunia apalagi angin yang berhembus membuat suasana tambah adem. Suara berisik yang tinggal samar terbawa angin cuma suara mesin kapal motor yang sekali lagi membelah sungai Mekong.


Selama perjalanan gue ngeliat di sebelah kanan pemandangan nan hijau di sisi sungai, sedangkan sebelah kiri sebuah jembatan yang menghubungkan sungai Mekong terlihat. Pemandangan ini mengingatkan gue saat menyusuri Selat Balphorus di Turki beberapa tahun lalu. Meski memang di Turki pemandangannya lebih bagus dibanding yang satu ini.

Seandainya suatu hari nanti gue kembali ke Ho Chi Minh City, gue pasti bakal berkunjung lagi ke delta sungai Mekong....

k-hyee

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment

Wanna say something?