Resto: Café Batavia, Magnet Kuliner di Tengah Kota Tua


Di salah satu sudut Taman Fatahillah - Kota Tua, sebuah café bergaya kolonial yang dikelilingi kanopi hijau berdiri dengan elegan. Bangunan café yang telah direnovasi ini didirikan pada abad ke-19, tepatnya pada tahun 1805. Meski demikian masih tampak gagah mendampingi beberapa bangunan bersejarah lain di sekitar Kota Tua.

Café Batavia yang berlantai dua dikepung oleh jendela-jendela kaca berbingkai kayu. Membuat siapapun tergelitik rasa penasaran ingin mengintip keindahan bagian dalam café yang bersebrangan dengan Museum Fatahillah tersebut. Tak heran jika Café Batavia menjadi magnet bagi para turis lokal maupun mancanegara yang berwisata ke Kota Tua.

Belakangan ke sana, gue menemukan bagian luar Café Batavia kini telah tersedia kursi-kursi bagi pengunjung yang sekedar ingin melepas rasa lelah dan haus sambil memandang Taman Fatahillah. Meskipun gue sedikit ragu banyak pengunjung yang ingin duduk disana, sebab daya tarik café ini justru tertuang di interior yang ada di area dalam.


Tanpa sadar gue berdecak-kagum saat melangkah ke bagian dalam café. Sofa-sofa besar yang menawarkan kenyamanan berderet di bagian pinggir merapat ke dinding. Sedangkan area dinning yang elegan dipisahkan dengan pintu-pintu melengkung putih yang tampaknya masih tetap dipertahankan saat bangunan ini masih berfungsi sebagai kantor dan tempat tinggal para mener Belanda.

Kayu jati membalut sebagian dinding dan lantai, langit-langit tinggi dengan kipas angin berputar menambah kental suasana tempo doeloe. Tangga kayu yang menuju lantai dua pun menyuguhkan pemandangan fantastis deretan foto-foto hitam-putih hingga berwarna. Tampak deretan foto tokoh-tokoh terkemuka seperti Soekarno, hingga tokoh dunia dan tokoh film legendaris. Tak sedikit pengunjung yang berfoto atau sekedar mengabadikan sudut istimewa di café Batavia tersebut lewat lensa kamera.


Bagi mereka yang ingin bersantap, sebagian besar menu yang disajikan di café ini sebagian besar adalah menu internasional yang sebagian memang non halal. Meski ada pula beberapa menu lokal seperti gado-gado, nasi uduk, soto Betawi, dll. Sedangkan selebihnya didominasi oleh menu western seperti steak, paella rice, burger, salad, dll.

Bagi mereka yang ingin menyesap segelas minuman Café Batavia punya Bar Churchill yang pernah didaulat sebagai The World Best Bar (1994 dan 1996). Untuk harga, gue harus mengakui minuman yang gue bayarkan untuk melegakan tenggorokan dan mengusir panas di luar sana mungkin memang terasa sedikit lebih mahal.

Meski untuk itu gue enggak mengeluh karena berkunjung ke café ini bagaikan menikmati warisan masa lalu yang luar biasa. Toh kalau pengen makan atau minum yang murah, pengunjung Kota Tua tinggal memilih aneka jajanan dengan harga lebih murah dan restoran sederhana lainnya yang ada di tiap sudut Kota Tua ini.


Tapi ada satu hal yang membuat minus magnet kuliner yang luar biasa di Kota Tua ini. Keramahan dan kehangatan para pelayan saat menyambut dan melayani tamu kurang dapat gue rasakan, mulai dari masuk hingga memesan makanan dan bayar.

Di tengah dominasi tamu asing yang datang ke café ini, terus terang hal itu membuat pengunjung lokal seperti gue merasa sedikit tersisih. Semoga jika nanti kembali berkunjung gue bisa merasakan suasana Café Batavia yang lebih hangat.

Café Batavia
Jalan Pintu Besar Utara 14
(Depan Museum Fatahillah)
Jakarta Barat
Telp: 021-6915531
Jam Buka: 08.00 – 02.00AM (Senin – Jumat) | weekend 24 jam

k-hyee

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.